Cerita ini mengandung Unsur Boys Love
HaeHyuk as Main Character
Dont Like Character? Please Go Back.I will be always beside you, loving you. Even until we die/"Berjanjilah Hae akan selalu bersamaku."/"Kenapa kau jahat sekali padaku, Hyuk-ie? Kenapa?"/"Siwon, katakan padaku kalau semua ini bohong."/Summary Jelek/ HaeHyuk/BL/Pointless/Mian jika Fic ini termasuk Junk Fic atau Spam/ RnR please...
“Hae!”
Lee Hyukjae, namja
manis yang selalu mengisi hari-hari Lee Donghae itu berteriak riang. Hyukjae
melambaikan tangannya ke arah Donghae yang tengah tersenyum sembari berjalan
santai ke arah Hyukjae.
Donghae langsung merengkuh tubuh Hyukjae penuh
sayang ketika Ia sampai di hadapan Hyukjae. Hyukjae tersenyum lalu mulai
membalas pelukan Donghae.
“Hae-ya.”
Donghae bergumam tak jelas menjawab ucapan lembut
Hyukjae di telinganya. Hyukjae terdiam sejenak lalu mengeratkan pelukannya.
“Berjanjilah Hae akan selalu bersamaku.”
Donghae tersenyum.
“Aku berjanji.”
.
.
.
BLUE
DAFFODIL
Han
Rae
Mianhae...
Warning :: Typo (s), HAEHYUK Couple as Main Character, Shonen Ai,
Pointless.
Rate :: T
Lee Donghae dan Lee
Hyukjae(Eunhyuk) milik GOD, Their
Parents, SM Ent, Super Junior dan
JewELFishy
Dont Like Dont Read
Please
press back button...
Flame
Allowed* but with solution too...
Jika kalian merasa ini adalah JUNK fic / Tidak
pantas berada di Sub Screenplay, dengan lapang dada saya akan menghapusnya...
Review Please...
.
Now Playing;
Kiss Shita Mama,
Sayonara - DBSK
.
Happy ending
.
Donghae yang
selalu mencak-mencak memperingatkan siapa saja agar selalu mematuhi peraturan
lalu lintas kini melanggar peraturan lalu lintas. Mengemudi dengan kecepatan
tinggi dan bahkan menerobos lampu merah. Ia tak peduli akan seluruh peraturan
itu, kini, yang ada di dalam kepalanya hanyalah satu nama yang terus terulang
layaknya kaset rusak.
Hyukjae, Hyukjae, Hyukjae.
Donghae
mengeratkan genggamannya pada setir mobilnya untuk melampiaskan kekhawatiran
teramat sangat yang tengah mencoba membunuhnya perlahan.
Donghae menatap
jalan di hadapannya dengan mata yang berkaca-kaca. Mulutnya tiada henti
melirihkan doa.
“Aku berjanji
padamu untuk selalu di sampingmu. Maafkan aku telah melanggar janjiku. Hyuk-ie... kumohon... jangan tinggalkan
aku.”
.
.
.
Donghae mengurung Hyukjae dengan kedua tangannya.
Hyukjae tersenyum, menatap dalam manik hitam kecoklatan milik Donghae sembari
bersandar pada tembok di belakang tubuhnya.
Donghae membelai wajah sempurna di hadapannya. Tak
ada satupun yang dilewatinya; dahi, mata, pipi, hidung, mulut dan dagu, semua
sangat sempurna di mata Donghae.
Donghae merasa menjadi manusia paling beruntung
mendapatkan namja sempurna itu dalam
rengkuhan cintanya.
“Hae-ya.”
Beribu-ribu lembar kertas ‘pun tak sanggup untuk
menampung rasa kekaguman Donghae terhadap suara Hyukjae. Suara lembutnya
bagaikan lonceng yang menggetarkan hatinya. Donghae benar-benar mengagumi suara
Hyukjae.
Donghae tersenyum lalu mulai mendekatkan wajahnya
pada wajah Hyukjae. Tak membiarkan namja
manis itu berucap apapun dan memilih untuk menenggelamkan mereka berdua ke
dalam lumatan-lumatan menuntut yang memabukkan.
.
.
.
“Kangker otak
stadium akhir.”
Donghae merosot
jatuh terduduk lemas di aras lantai yang dingin namun tak sedingin hatinya yang
seolah membeku saat ini.
Kedua manik hitam
ke coklatannya bergetar sembari menatap sosok sang Dokter tak percaya.
“I, ini bukan
saatnya bercanda, dok,” ucapan lirih yang didampingi senyuman terpaksa membuat
siapa saja yang menatap Donghae merasa prihatin.
Namun, tidak
seperti yang di harapkan oleh Donghae, sang Dokter menggeleng lemah dan
gelengan lemah itu bagaikan belati yang menusuk hatinya.
“Maaf. Tapi
itulah kenyataannya, Donghae-sshi.”
Kata-kata sang
Dokter bagaikan pisau tumpul yang sedikit demi sedikit menusuk hatinya.
Perlahan menggores dan semakin dalam.
Sang Dokter yang
tak bisa terlalu lama, perlahan pergi meninggalkan Donghae yang masih setia
terduduk lemas.
Perlahan tetes
air mata mengalir membasahi wajah rupawan Donghae dan tak perlu waktu lama
jeritan pilu Donghae lantunkan memenuhi lorong rumah sakit.
.
.
.
Donghae tersenyum kecil sembari mengikat pita pada
buket bunga yang Ia buat. Ia menghirup wangi yang menguar dari kumpulan bunga
mawar putih yang tercampur apik dengan mawar kuning di tangannya.
Donghae berbalik menatap seorang namja yang tengah membelakanginya. Namja itu asik duduk sembari
menggoyangkan kedua kakinya sembari menatap langit. Donghae tersenyum lalu
perlahan mendekati namja itu.
“Hyuk-ie!”
Pekikan kaget dilantunkan Hyukjae ketika Donghae
tiba-tiba saja memeluknya dari belakang. Hyukjae menatapnya kesal namun Donghae
hanya tertawa lalu memberikan buket bunga itu pada Hyukjae.
Hyukjae terdiam menatap kagum pada buket bunga di
tangannya. Hyukjae lalu tersenyum lebar, memperlihatkan gummy smile-nya yang manis pada Donghae. Semburat merah muda
terlukis samar di pipinya.
“Hae-ya,
saranghae!”
Sejenak senyum menghilang dari wajah rupawan
Donghae, namun Donghae tak mengijinkan Hyukjae melihatnya, Ia langsung memeluk
Hyukjae erat untuk menyembunyikan wajah ragunya.
Bunga mawar putih dan kuning.
Putih bersimbol polos sedangkan kuning ceria, sama
seperti sifat Hyukjae yang selalu dipuja oleh Donghae.
Namun...
Bukan itu arti sebenarnya dari buket bunga itu.
Mawar putih yang terpadu dengan mawar kuning... Cinta suci namun terlarang.
Cinta yang benar-benar terajut indah dengan
kesucian namun ternoda dengan takdir dunia. Terlahir sebagai sesama pria yang
tentu saja tak mungkin bisa bersatu.
.
.
.
Donghae terdiam
menatap pilu sosok Hyukjae yang tengah terbaring lemah dari balik kaca. Sosok
ceria itu kini terbaring tak berdaya dengan berbagai selang dan jarum yang
membantu nyawanya. Tak ada canda, tak ada senyuman, tak ada tawa, tak ada suara
indahnya, tak ada.
Air mata yang
seolah tak ada habisnya kembali mengalir membasahi wajah Donghae entah untuk
yang ke berapa kalinya.
Hatinya sakit...
sangat sakit. Kata-kata ‘pun tak mampu mendeskripsikan apa yang Ia rasakan.
Teriakan tak mampu meredakan sakit di hatinya. Bahkan air mata tak bisa membasuh
hatinya yang retak dan hancur.
“Hyuk-ie... apa kabar?”
Rasa sakit di
dadanya membuatnya gila. Ia gila tanpa senyuman Hyukjae. Ia gila tanpa suara
Hyukjae. Ia gila tanpa tawa Hyukjae. Ia gila tanpa Hyukjae di sampingnya.
Lagi, Ia kembali
berteriak. Membiarkan beberapa pasang mata menatapnya pedih. Ia memukul kaca di
hadapannya frustrasi.
“Hyuk-ie... maafkan aku.”
.
.
.
Tanpa perasaan isakan itu menghujam tubuh Donghae
yang tengah berdiri kaku di ambang pintu.
“Mianhae...
jeongmal mianhae.”
Hanya kata maaf yang bisa terucap dari bibir yang
bergetar hebat itu.
Donghae tak bisa berucap apapun. Mulutnya terkatup
rapat saking terkejutnya Ia.
“Kenapa kau jahat sekali padaku, Hyuk-ie? Kenapa?”
Fakta bahwa Hyukjae memiliki seorang tunangan
membuat Donghae sangat terpukul.
Hyukjae hanya bisa menunduk dan menangis sembari
melirihkan kata maaf.
Donghae mengepalkan tangannya kuat lalu berbalik
meninggalkan Hyukjae yang menatap pilu kepergian Donghae.
Meninggalkan Hyukjae yang memendam sebuah rahasia
besar dalam hidupnya.
.
.
.
“Kau...”
Donghae yang
tengah menangis pilu di hadapan dinding kaca itu menoleh ke arah seorang pemuda
yang berdiri tak jauh di hadapannya. Kedua manik onyxnya yang lelah menangis
membelalak menatap pemuda itu.
“K-kau tunangan
Hyuk-ie?”
Pemuda itu
terdiam sejenak lalu menginstruksikan Donghae untuk duduk di bangku tunggu di
belakangnya. Donghae bergeming, Ia hanya menatap pemuda itu duduk di bangku
tunggu.
Pemuda itu
menghela nafas berat. Ia tahu kalau Donghae tak akan bergerak seinci ‘pun dari
tempatnya bergerak.
“Sejak kapan kau
kembali dari Amerika?” tanya pemuda itu basa basi. Sepertinya, Ia tak sanggup
mengeluarkan sebuah rahasia besar pada Donghae.
“Kemarin. Saat
aku mendengar Hyuk—ah maksudku, tunanganmu masuk ke ICU.” Jelas terasa
nada tak rela dalam suara Donghae.
“Ini bukan kali
pertamanya masuk ke ICU, kau tahu?”
Donghae terdiam.
Ia berbalik kembali menatap Hyukjae dan menggeleng lemah.
“Aku... tidak
tahu.”
“Kau pura-pura
tidak tahu.”
“Apa maksudmu?”
“Kau menghindari
ribuan surat yang ditulis Hyukjae untukmu ‘kan?”
DEG!
Donghae terdiam.
Ia menggigit bibir bawahnya kuat sembari menatap nanar Hyukjae di seberang
sana. Ia mengepalkan tangannya kuat.
“Kau tahu...
sangat berat melepaskan seseorang yang sangat kau cintai walaupun Ia sudah
mengkhianatiku,” lirih Donghae berat.
“Dia tidak
mengkhianatimu.”
Donghae membalik
badannya sembari menatap pemuda itu mengejek.
“Tidak
mengkhianatiku? Ck, jangan bercanda! Jelas-jelas dia menyembunyikan per—“
“Pertunangannya
denganku ‘kan?” potong pemuda itu dingin, Donghae hanya mendecak tak suka lalu
mengalihkan wajahnya dari pandangan pemuda itu.
“Aku sepupunya.”
Donghae menatap
pemuda itu geli.
“Sepupu Hyuk-ie? Jangan bercanda! Jika kalian
sepupuan maka tak mungkin untuk bertunangan! Carilah alasan yang lebi—“
“Aku dan dia
tidak bertunangan. Semua itu hanya sandiwara yang dibuat Hyukjae.”
Donghae terdiam.
Ia menatap tak percaya pada pemuda yang tengah menatapnya serius.
“Apa maksudmu?”
.
.
.
Pemuda manis itu tidak ada habisnya mengeluarkan
air mata. Dengan mata yang buram Ia menatap Donghae yang memasuki Gate kepergiannya dari ke Johan.
“Kau benar tak apa-apa dengan semua ini, Hyukjae?”
Hyukjae—namja
manis itu, menatap sang sepupu yang tengah menatapnya khawatir. Ia menggeleng
lalu menggigit bibir bawahnya.
“I, ini yang harus aku lakukan, Siwon-ah.”
Hyukjae memaksakan bibirnya untuk tersenyum walau
air mata itu tak bisa Ia hentikan.
“A, aku harus melakukan... ini... a,agar Hae tidak
sedih.” Hyukjae menggenggam erat amplop cokelat di tangannya. Amplop cokelat
yang berisi diagnosa pasti tentang ke adaan tubuhnya. Diagnosa yang selalu Ia
dapatkan ketika Ia periksa tubuhnya di berbagai rumah sakit. Diagnosa yang
memvonis dirinya positif terkena kanker.
“Tapi tubuhmu tak akan sanggup menanggung beban
hatimu, Hyukjae.”
Hyukjae menggeleng lemah, “Aku bisa mengatasi
semuanya... tapi jika Donghae ada di sampingku aku merasa tak berguna. Aku
hanya akan merepotkannya dan membuatnya sedih. Aku tak mau itu terjadi, Siwon-ah.”
“Donghae tak akan merasa seperti itu Hyukjae. Dia
pa—,”
Hyukjae mengisyaratkan Siwon untuk diam dengan
tersenyum pilu lalu menggeleng.
“Aku mohon... jangan buat aku berubah pikiranku,
Siwon-ah.”
Siwon semakin menatap khawatir Hyukjae.
“Tapi...”
Hyukjae tersenyum lalu berbalik menatap Gate yang tadi dilalui oleh Donghae. Air
matanya kembali mengalir, namun kini semakin deras. Ia menutup wajahnya dengan
kedua telapak tangannya.
“A... aku mencintainya. Sangat mencintainya.
Karena itu aku tak bisa melukainya. Aku tak bisa.”
.
.
.
Donghae tak bisa
berucap apapun mendengar pengungkapan Siwon. Ia benar-benar merasa bersalah
terhadap Hyukjae yang selama ini Ia kira mengkhianatinya ternyata hanya ingin
melindungi hatinya.
Hyukjae bersih,
suci dan polos tapi kenapa tega Ia menyakiti Hyukjae dengan menganggap kalau
Hyukjae adalah seorang pengkhianat. Donghae benar-benar merasa bersalah.
Rasa sakit yang
di rasakan oleh Hyukjae beribu ribu kali lebih sakit daripada yang di rasakan
Donghae. Donghae yang pergi dengan kemarahan sedangkan Hyukjae yang berdiam
diri hanya untuk melindungi Donghae.
Apa gunanya kau baginya
Donghae!? Kau hanya namja bodoh yang benar-benar tak punya otak untuk menyakiti
Hyukjae!
Donghae jatuh
terduduk sembari menatap Siwon tak percaya.
“J, jadi saat aku
pergi dia sudah tahu dia mengidap kanker?”
Siwon mengangguk
pelan. Donghae memeras kepalanya lalu menjambak rambutnya dan berteriak keras.
Siwon hanya bisa terdiam sembari menatap Donghae miris.
“Ten—,”
Cklek.
Ucapan Siwon
terhenti ketika pintu ruang ICU terbuka. Siwon sontak berdiri, sedangkan
Donghae yang masih merasa terpukul hanya menunduk lemas.
Seorang Dokter
yang baru melepas masker yang menutupi mulutnya segera menghampiri Siwon.
“Keadaannya mulai
stabil. Anda bisa mengunjunginya sekarang.”
Siwon mengangguk
pelan sembari tersenyum lega. Sang Dokter akhirnya pergi di ikuti oleh beberapa
Suster.
“Kau mau masuk?”
Donghae menatap
Siwon lalu kembali menunduk.
“Dia... pasti
sudah benci padaku.”
Siwon menghela
nafas berat.
“Kau tahu...
selama dia menjalani hari-hari tanpamu. Dia selalu berbicara tentangmu padaku,
kesukaanmu, kebiasaanmu, prilakumu, semuanya Ia ceritakan padaku. Bahkan, tanpa
Ia ketahui, aku selalu melihatnya berdoa untukmu di tiap malamnya. Dan kau
tahu? Sebelum Ia jatuh koma seperti ini...”
Donghae kembali
menatap Siwon yang menatapnya perih, “Bahkan sebelum Ia jatuh koma Ia
mengingatmu. Namamu. Namamulah yang dilirihkan olehnya sebelum Ia jatuh.”
Air mata itu
kembali sukses terjatuh membasahi wajah Donghae. Siwon hanya bisa tersenyum
kecut sembari menatap Hyukjae. Ia kembali meringis ketika melihat’nya’.
“Lebih baik kau
cepat. Mungkin ini terakhir kalinya kau bertemu dengannya.”
Donghae menatap
Siwon takut lalu menggeleng.
“Jangan katakan
itu padaku. Ia pasti hidup. Ia pasti bisa kembali.”
Donghae segera
memasuki ruangan ICU, meninggalkan Siwon yang hanya bisa menatapnya miris dari
luar jendela.
Aroma obat-obatan
yang memusingkan langsung tercium ketika Donghae memasuki ruangan ICU. Bunyi
sintetis alat elektrokardiograf yang berbunyi teratur dan garis-garis
hijau elektrokardiogram yang bergerak ke atas dan ke bawah
membuktikan sosok yang tengah terbaring tak berdaya itu masih hidup.
Perlahan Ia
mendekati sosok Hyukjae yang tertidur di atas sick bed-nya. Beberapa
jarum bersemayam di tubuhnya untuk mengalirkan cairan dari beberapa kantung
yang di gantung di tiang di samping sick bed. Selang hijau terpasang di
hidungnya untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen di belakangnya.
“Hyuk-ie...”
Donghae dengan
perlahan menyentuh wajah Hyukjae, dari dahi turun ke dagunya. Tak bisa Donghae
rasakan kehangatan yang ia rindukan dari wajah pucat itu. Donghae tersenyum
miris lalu mengelus lembut pipi Hyukjae.
“Hyuk-ie... bisakah kau merasakanku?”
“. . .”
“Hyuk-ie... kenapa kau tidak menjawab? Apa
kau marah padaku?” Donghae berucap getir.
“. . .”
“Apa kau mau
selamanya tertidur seperti ini? Meninggalkan aku di sini?”
Kini air mata
yang susah payah di tahan Donghae berhasil lolos dan membasahi wajahnya.
“Buka... buka
matamu. Lihatlah, aku sekarang ada di sini. Di sampingmu.”
Donghae berlutut
lalu menggenggam tangan Hyukjae erat. Donghae menciumi tangan itu berulang
kali.
“Maafkan aku yang
selama ini meninggalkanmu sendiri menghadapi semua ini... maafkan aku.”
Donghae
menenggelamkan wajahnya pada sudut sick bed, tangannya yang menggenggam
tangan Hyukjae kini mulai bergetar.
“Maafkan aku yang
tak mempercayaimu. Maafkan aku yang telah membencimu. Maafkan aku... aku mohon
maafkan aku.”
Donghae menggigit
bibir bawahnya kuat, mencoba menetralkan air mata yang semakin deras mengalir.
Donghae kembali
berdiri lalu menatap Hyukjae yang masih memejamkan matanya.
“Hyuk-ie... ingatkah kau, dulu kau selalu
mengucapkan kalau kau mencintaiku. Aku ingin mendengarnya lagi. Aku mohon
ucapkan kata itu padaku sekali lagi.”
Tentu tak Ia
dapatkan jawaban apapun dari Hyukjae. Hanya bunyi ‘pip pip pip’ berulang kali
yang terdengar di indra pendengarannya.
Donghae menarik
nafas dalam dan mendongak lalu memejamkan air matanya yang semakin menjadi.
“Kau tahu. Aku
adalah seorang pengecut. Seorang pengecut yang tak bisa mengungkapkan
perasaannya karena takut akan takdir dunia yang belum tentu terjadi pada kita.”
Donghae menatap
Hyukjae sedih.
“Sadarkah kamu
kalau sedari dulu aku selalu menghindari kata cinta darimu?”
Donghae menunduk
dalam.
“Aku takut akan
kata cintamu. Kau tahu kenapa?”
Donghae tersenyum
kecut.
“Karena aku tak
bisa membalas ucapanmu. Tak bisa.”
Donghae kembali
menggenggam erat tangan Hyukjae. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Hyukjae.
“Jangan pikir aku
tak menyayangimu.”
Donghae mengecup
lama dahi Hyukjae.
“Aku
menyayangimu.”
Donghae mengecup
mata Hyukjae.
“Sangat
menyayangimu.”
Kini Donghae
mengecup pipi Hyukjae.
“Teramat sangat
menyayangimu.”
Dan sekarang
pucuk hidung Hyukjae.
Donghae tersenyum
miris.
“Maafkan aku yang
tak bisa mengungkapkan perasaanku padamu.”
Donghae
mempertemukan bibirnya dengan bibir Hyukjae. Kecupan lama namun tanpa nafsu.
Kecupan yang sarat akan perasaan cinta dan maaf yang tak terucap. Kecupan yang
terasa manis pahit bercampur asin.
Manis karena
cinta.
Pahit karena
penyesalan.
Dan...
Asin karena air
mata.
“Saranghae.”
Piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip
.
.
.
Langit tetap
berwarna hitam sama seperti pakaian yang tengah di kenakan beberapa puluh orang
yang berada di depan sebuah nisan. Perlahan satu persatu orang pergi
meninggalkan nisan itu sampai akhirnya tersisa 2 orang.
Satu orang
menatap seorang lainnya miris. Ia melindungi tubuhnya dari hujan yang semakin
deras dengan sebuah payung, berbeda dengan seorang lainnya yang membiarkan
tubuh tegapnya termakan hujan.
“Donghae.” Orang
itu menatap miris seorang lainnya.
“Siwon, katakan
padaku kalau semua ini bohong.”
Siwon terdiam, Ia
menggeleng lemah. Donghae menatap Siwon sedih.
“Dia masih hidup
kan?”
Siwon menggeleng
lagi, “Dia telah pergi Donghae, mengertilah.”
Donghae
menggelengkan kepalanya lemah, “Kau bohong.”
“Dia telah
meninggal.”
Donghae menatap
Siwon lalu kembali menggeleng.
“Kau bohong.”
“Ku mohon
mengertilah.”
Donghae
menggeleng lagi, “Dia masih hidup. Dia masih hidup.”
“Dia telah
meningg—“
“AKU BILANG DIA
MASIH HIDUP!” teriak Donghae pilu, untuk beberapa detik Donghae menatap Siwon
sedih lalu berlari meninggalkan Siwon sendiri.
Donghae mengerti,
Donghae tahu, dan Donghae sadar kalau Hyukjae telah tiada.
Tapi Ia pengecut.
Ia takut menghadapi kenyataan kalau Hyukjae telah pergi meninggalkannya.
Hyukjae yang di
cintainya, Hyukjae yang di sayanginya, Hyukjae yang di kaguminya.
Donghae tak
sanggup menerima kenyataan itu. Tak sanggup.
Beginikah rasanya? Beginikah yang kau rasakan saat
aku menghilang darimu, Hyuk-ie?
Donghae berteriak
pilu. Ia menggeleng kuat. Air matanya mengalir deras tersamarkan oleh hujan
yang masih menerpanya.
Aku mohon maafkan aku Hyuk-ie. Kembalilah padaku.
Sakit Hyuk-ie. Sakit. Aku tak sanggup menahannya Hyuk-ie.
Katakan semua ini
sebuah kebohongan. Donghae memohon pada siapa ‘pun. Selamatkan dia dari rasa
sakit ini. Donghae tak kuat. Tak kuat.
Donghae
memperlambat langkahnya. Berhenti, lalu berteriak keras.
Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku mohon
kembalilah padaku.
PIMP! PIMP!
Donghae menatap
ke sampingnya. Sebuah cahaya terang berjalan cepat ke arahnya. Ia tidak bergerak
sedikit ‘pun dari tempatnya berdiri. Ia memejamkan matanya, membiarkan tetes
air mata kembali mengalir.
“Saranghae, Hyuk-ie.”
BRAK!
.
.
.
Lagi, Siwon
mengenakan pakaian hitam dan payung untuk menghindari hujan yang turun. Ia
menatap sebuah nisan baru di samping nisan sepupunya.
Ia memejamkan
matanya kuat.
“Inikah jalan
yang kau ambil, Donghae?” bisiknya lemah di antara tetes hujan. Ia menarik
nafas panjang lalu mendongak menatap tetes hujan yang semakin mereda.
Ia menurunkan
payung yang di gunakan olehnya lalu melipatnya. Ia menatap kedua nisan yang
saling berdampingan lalu berbalik pergi.
‘Siwon-ah.’
Siwon yang baru
berapa langkah berjalan menjauhi kedua nisan itu kini kembali membalik tubuhnya
dan menatap kedua nisan itu—tidak, tepatnya kepada kedua sosok di depan nisan
itu.
Siwon tersenyum
kecil.
“Kau bahagia,
Hyukjae?”
Sosok namja manis yang tadi memanggil Siwon
tersenyum kecil lalu menatap sosok namja
tampan di sampingnya.
‘Sangat.’
Siwon menunduk
sejenak lalu kembali menatap mereka berdua.
“Jangan ulangi
kesalahanmu lagi, Donghae. Jaga dia.”
Namja tampan di samping namja manis itu
menatap lembut sang namja manis lalu
menggenggam tangan namja manis itu
erat.
‘Tak akan pernah aku ulangi.’
Siwon menutup
matanya sejenak lalu tersenyum.
“Semoga kalian
tenang di alam kalian.”
Kedua sosok namja itu tersenyum lembut.
‘Terima kasih, Siwon-ah.’
Sosok kedua namja itu perlahan menghilang menjadi
kerlipan cahaya yang terbang ke langit. Siwon menatap kerlipan cahaya itu
sampai menghilang, Ia lalu tersenyum kecil dan kini benar-benar berbalik
meninggalkan kedua nisan itu.
.
.
.
—I Love you more than any words can say
I love you more than every action
I take
I will be always beside you, loving you
Even until we die—
.
.
.
FIN
APA INI!! ABAL!! *pundung di pojokan*
Oke, mianhae. Saya
tau kalau feelnya ga dapet dan ini gaje, Iya saya tahu. *mainin pasir
dipojokan.*
Mianhae judulnya gak nyambung sama isinya L
Mianhae plotnya maju-mundur-maju-maju ga jelas gini! D’:
Mian juga kalor
endingnya maksa. Tapinya saya mau mengakhiri FF ini pas Hae nyium Hyuk-ie Cuma ga jadi saya kasian sama
baby hyukie~ saya ga tega nyiksa Dia dan sexy Hae terlalu jauh TTATT
Fyi, ini terinspirasi dari lagunya DBSK yang Kiss Shita Mama, Sayonara. Jujur, saya
hampir nangis pas denger lagu ini,
pas baca liriknya saya ngerasa jleb banget. Huang~ suara Yoochun pas awal lagu
bikin saya sedih banget. Suaranya pas banget, menghayati banget. TTxTT
O iya, buat info,
di sini saya buat Siwon bisa melihat ‘ruh’,’roh’, or ‘hantu’. Yeah, mungkin
karena saya kebanyakan nonton Ghost whisperer di tempat PKL saya, saya jadi
ngebuat Siwon jadi punya kemampuan kaya gitu -.-
Last,
Review please~
0 comments:
Post a Comment