November 10, 2012

Like A bird [Robot]




Like a Bird.

Aku berdiri di sini. Terdiam menatap dunia luas di hadapanku.

Aku ingin meraihnya. Aku ingin berlari menerjang dunia itu. Menggapai dunia itu dengan jari-jariku. Merengkuh udara bebas itu.

Namun kala satu jariku melewati batas ini aku kembali terikat oleh satu 'rantai panjang'. 'Rantai'peraturan yang kembali membatasi ruang lingkupku.


 Aku kembali terdiam, duduk meringkuk memeluk lututku. Menatap iri pada remaja seumurku yang bebas mengepakkan sayapnya di dunia itu dari balik sangkar ini.

Aku memalingkan wajahku dari mereka. Menarik nafas dalam untuk menekan emosiku … dan kembali mencoba membutakanku dari dunia itu.

Namun percuma kala kedua manik mataku menatap ruangan ini rasa sesak itu kembali menekanku. Rasa iri itu kembali memaksaku untuk menjerit.

Namun aku adalah ‘robot’ mereka.

Aku adalah seorang manusia yang sudah diprogram oleh mereka. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menerima dan patuh akan apa yang mereka perintahkan.

Mencoba melawan adalah hal gila yang hanya akan membunuhku sepuluh kali lipat dari yang biasa ku terima.

Aku menghargai mereka, aku menyayangi mereka, aku mencintai mereka … karena itu selama ini aku diam dan hanya mematuhi mereka.

Karena itu aku tetap mencoba menjadi ‘robot’ sempurna mereka.

Namun tanpa mereka tau. Aku tidaklah se-sempurna ‘robot’ yang selalu mereka tanamkan programnya ke hidupku. Aku bukanlah seorang ‘robot’ yang tak pernah mengerti masalah dunia.

Saat ‘kejadian itu’ aku memang masih tak mengerti, namun tanpa mereka sadari tiap detik dari ‘kejadian itu’ aku mulai tumbuh dan mempelajari dunia ini.

Dunia itu munafik. Dunia itu kejam. Dunia itu penuh kebohongan.

Aku ingin menangis kala sebagian besar orang menghujamku dengan cemo’oh atas ‘kejadian itu’, kala semua teman-temanku mejauh dariku, kala mereka—orang dewasa itu menjauhkan temanku dariku.

Aku mencoba tegar atas semua itu. Aku mencoba menjadi orang bodoh yang tak mengerti apapun. Aku selalu mencoba menjadi seorang Aktor handal untuk menyembunyikan semua perasaanku dengan sebuah senyuman.

Dan aku selalu mencoba TERTAWA di saat hatiku MENANGIS!!

Kau tau apa yang kurasan? Huh?

Kalian menangis? Kalian iba terhadapku?

JANGAN TATAP AKU DENGAN MATA YANG MENGKHASIANI HIDUPKU!

Aku berjuang untuk tidak menjadi anak yang lemah. Aku berjuang untuk menyembunyikan semua masalahku dari mereka. Aku berjuang untuk itu!

Namun hey lihatlah! Aku tetaplah manusia yang punya batas kesabaran! Aku bukanlah tuhan yang selalu sabar!

Aku mencoba sabar selama 8 tahun untuk menyembunyikan semua ini. Aku mencoba mematuhi dan menerima semua rantai-rantai yang kalian pasangkan kehidupanku. Aku selalu mencoba untuk diam diam dan diam menerima semua ini.

Aku sudah mencobanya. Apa kalian sadar akan hal itu?

Aku rela menghabiskan waktuku, memaksa tubuhku, memaksa otakku untuk berlama-lama di luar rumah demi mengambil ilmu sebanyak-banyaknya untuk membahagiakan kalian.

Tapi apa? APA!?

Kalian hanya akan menghujamiku dengan teriakkan, bentakan dan kembali memasangkan ‘rantai’ ketubuhku kala aku melanggar jam pulangku. Kalian hanya akan memarahiku kala satu penyakitku kambuh karena aku terlalu memaksakan tubuhku.

KALIAN PIKIR SEMUA INI DEMI SIAPA!?

Demi diriku? TIDAK!

Aku tidak mungkin memaksakan diri di sekolah demi kepentinganku. Semua ini kulakukan demi kalian. DEMI KALIAN!

Bisakah kalian hargai ini huh?

Oke aku tak akan meminta terlalu banyak. Aku hanya ingin kalian mensuport ku!

Tiap kali aku menunjukkan hasil karyaku kalian hanya menatapnya sejenak lalu berkata “Bagus, tingkatkan lagi prestasimu” hanya itu! Berhenti dalam kalimat itu!

Jujur saja aku muak dengan kalimat itu. Tidak adakah kosa kata lain dalam memuji karyaku huh? Apa harus aku belikan buku ‘1000 kata support untuk anak’? Tidak kan!

Permintaanku itu sederhana.

Tolonglah support apapun yang telah aku pilih. Tolonglah percaya kepadaku.

Hanya itu, mudahkan?

Tidak bisakah kalian memenuhinya?

0 comments:

Post a Comment