November 10, 2013

Tahapan Prosedur Kerja Editing Video [Editing Video]

TAHAPAN PROSEDUR KERJA EDITING VIDEO

Pada pekerjaan editing video, secara umum pola berpikir tahapan kerjanya, hampir sam dengan langkah-langkah pada prosedur kerja editing film, yang berbeda hanya teknologi pada pekerjaan video menuntut Editor harus mengikuti proses kerjanya, dimana umumnya pada pekerjaan program video, perekamanan suara dilakukan secara langsung dan direkam pada pita video itu. Secara umum editing video dapat dilakukan dengan dua cara, sesuai dengan pola teknologi mana yang akan dipakai oleh seorang Editor.

Pola teknologi dapat dibagi menjadi :



Linear Editing
- Analog

- Digital

Non Linear Editing

Pengertian umum Analog dari teknologi media audio visual adalah, cara merekam yang dilakukan baik ketika shooting video ataupun saat mentransfer dari pita satu ke pita yang lain dengan perangkat kerjanya, merupakan proses perekaman gelombang cahaya secara berkesinambungan (kontinyu) menjadi satu bentuk kurva garis melengkung, seperti garis grafik yang lengkungannya tergantung tinggi rendahnya cahaya itu sendiri.


Sedangkan pengertian dari Digital merupakan proses perekaman gelombang cahaya dengan pola terputus-putus On-Off lalu On-Off begitu seterusnya, sesuai dengan karakternya dari teknologi komputer, yang pada akhirnya menjadi satu bentuk kurva garis kotak-kota yang juga membentuk grafik terdiri dari banyak kotak-kotak kecil.


Linear Editing


Pengertian dari “Linear Editing” adalah pola editing yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara beruntun (berurutan) satu-persatu dari shot pertama hingga shot terakhir, dari adegan pertama hingga adegan terakhir secara berkesinambungan. Artinya ketika seorang Editor melakukan kesalahan penyambungan diawal film atau bahkan di tengah-tengah film, maka untuk melakukan perubahan atau perbaikan ia harus mengulanginya sekali lagi dari titik dimana kesalahan itu berada hingga akhir filmnya.

Pada sistem “Analog” pekerjaan editing tidak ada pilihan lain kecuali mengulanginya secara keseluruhan, apabila ingin dicapai hasil gambar yang prima. Sedangkan pada sistem “Digital” pekerjaan editingnya memakai perangkat yang serba digital, sehingga apabila terjadi kesalahan, seorang Editor cukup mengkopi (mentransfer) bagian yang ingin dibetulkannya karena dengan sistem digital, kualitas gambar yang dikopi atau ditransfer ke kaset atau pita lain tidaklah mengalami penurunan seperti yang terjadi pada sistem analog. Perbedaan yang paling mendasar pada sistem analog dan digital adalah pada jenis pita video, peralatan rekam maupun perangkat pendukungnya termasuk seluruh fasilitas alat yang dibutuhkan pada studio editing. Pada saat sekarang ini pola kerja linear editing yang menggunakan sistem analog dengan single track maupun A and B Roll yang dimaksudkan langsung jadi (final edit) sudah jarang digunakan, kecuali hanya pada produksi dengan biaya rendah (low budget) atau hanya digunakan untuk off line pada produksi yang umum.


Pelaksanaan pekerjaan dengan pola linear editing, baik sistem analog maupun digital pada umumnya melalui dua tahap pengerjaan, yaitu tahap “Off Line” dan tahap “On Line”. Tahap off line adalah tahap dimana seorang Editor mulai mengedit membuat kerangka secara keseluruhan dari sebuah program video. Kalau kita bandingkan dengan prosedur kerja editing film yang sudah kita bahas lebih dulu, kurang lebih sama pada langkah keenam yang kita sebut “Rough Cut”. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan satu persatu tahapan dari kerja linear editing.


Langkah pertama pada pola kerja linear editing adalah mempelajari dahulu skenario dari program video yang akan kita but. Kemudian kita juga mempelajari laporan shooting, dimana pada umumnya laporan shooting (shooting script) dari sebuah program video dilengkapi dengan nomer Time Code yang selalu berubah dari shot ke shot lainnya.

Laporan shooting yang baik akan tercatat lebih detail lagi, yang mana disana terdapat time code in dan time code out dari sebuah shot, serta berada di kaset (pita) nomer berapa, juga tentu deskripsi dari shot itu menerangkan apa yang terjadi, dan terakhir sudah diberi tanda dari take (pengambilan) yang dinyatakan baik (oke) oleh sutradara, hanya saja letak catatan itu belum beraturan sesuai nomer urut adegan pada skenario, karena seperti sudah kita ketahui, bahwa sebuah shot ketika waktu shooting tidak dibuat dengan berurutan mengingat sistem kerja (shooting) dari film maupun video, sering kali jumping atau lompat-lompat sesuai kebutuhannya. Oleh sebab itu langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengurutkan tiap-tiap shot dari sebuah adegan di laporan shooting, kemudian melihat dan mempelajarinya sehingga kita dapat memutuskan bagaimana juxtaposisi yang baik dari sebuah adegan.


Langkah kedua adalah dimulainya “Off Line” editing itu sendiri, dimana hal yang terpenting pada tahap ini adalah membuat pemotongan sementara kerangka program secara keseluruhan. Pengertian diatas penting karena seorang Editor video tetap akan melalui satu tahap lagi berikutnya yaitu on line, dimana kedua tahap itu saling berkaitan secara langsung, artinya segala sesuatu yang direncanakan pada tahap off line akan disempurnakan di tahap on line.

Pada tahap off line, time code dari setiap potongan gambar dimunculkan pada layar gambar dan ditempatkan pada bagian bawah layar. Hal ini penting untuk digunakan pada saat on line nanti dijadikan patokan. Pada umumnya tahap off line editing belum nampak efek-efek khusus sebagai transisi, dimana seorang Editor hanya memberikan catatan pada kertas logging nantinya ketika mulai mencatat time code hasil off line. Sering juga terjadi pada umumnya sebuah produksi menggunakan off line editing dengan mengedit terlebih dahulu memakai editing VHS.


Langkah ketiga adalah pencatatan time code dari hasil off line yang sering disebut dengan istilah “Logging”. Pada tahapan ini Editor hanya mencatat time code in dan time code out dari setiap potongan atau sambungan antar shot yang diinginkan untuk editingnya. Beberapa hal yang ingin dikoreksi serta ingin ditambahkan pada sebuah adegan, termasuk efek khusus yang merupakan transisi dari adegan satu ke adegan yang lain juga diberikan tanda pada catatan logging itu, agar nantinya bisa diperbaiki dan ditambahkan pada langkah atau tahapan berikutnya.


Langkah keempat adalah tahapan “”On Line” editing itu sendiri, dimana seorang Editor akan bekerja sama dengan seorang operator dari mesin editing on line yang dipakainya. Pada tahap ini Editor akan mengawasi proses pemotongan dan penyambungan kembali dari gambar-gambar yang sudah pernah dieditnya saat off line dahulu, hanya saja kali ini ia harus betul-betul teliti memperhatikan tiap-tiap cutting point, karena pada saat on line ini adalah merupakan kesempatan terakhir seorang Editor melakukan koreksi editingnya, yang tidak mungkin ia lakukan sempurna ketika off line dulu, termasuk pembuatan efek khusus dan juga title awal maupun ending title serta peletakkan bumper.


Mengenai masalah suara, seorang Editor juga sudah harus memperhatikan kualitas maupun balance (kesamaan level) dari volume suara tiap-tiap sambungan shot, maupun dari adegan satu ke adegan yang lain, agar nanti ketika sampai pada tahapan berikutnya akan lebih mempermudah pekerjaannya.


Langkah kelima adalah “Mixing”, dimana pada tahapan ini Editor membantu proses kerja menyatukan beberapa unsur suara seperti dialog, suara efek dan musik terutama untuk kepentingan tercapainya konsep penggunaan unsur suara pada editingnya.


Non Linear Editing

Sementara pengertian dari “Non Linear Editing” adalah pola kerja editing yang tidak harus berurutan ketika mengeditnya, artinya seorang Editor bisa saja memulai pekerjaannya dari tengah-tengah film atau bahkan dari akhir (ending) film, apabila disesuaikan dengan jadwal (schedulle) dari shooting sebuah film, dimana pada saat yang bersamaan seorang Editor juga harus mulai bekerja. Pada pekerjaan sinetron serial panjang, seringkali terjadi penundaan shooting pada adegan-adegan tertentu karena pertimbangan sistem produksi yang menggunakan sistem “polling” (penggabungan) suatu lokasi, sehingga pekerjaan editing harus menyesuaikan dengan jadwal shooting, maka pola kerja non linear editing sangat tepat karena Editor bisa melewati bagian adegan yang belum di shooting.

Artinya Editor bisa bekerja secara melompat-lompat dari adegan satu ke adegan yang lain, tanpa harus beurutan seperti yang terjadi pada pola kerja linear editing.

Pada pola kerja non linear editing, dapat kita jumpai bermacam-macam jenis mesin yang masing-masing punya karakter yang secara prinsip memiliki pola kerja yang sama satu dengan lainnya.


Sebut saja mesin Avid, mesin Cube atau Adobe Primer yang saat ini merupakan satu-satunya mesin non linear editing yang dimiliki oleh jurusan FFTV – IKJ. Ketiga msin itu memiliki proses urutan kerja yang kurang lebih mirip, hanya saja kemampuan ketiga mesin itu masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Pada pola kerja non linear editing terdapat beberapa perbedaan tahapan kerja bila dibandingkan dengan pola kerja linear editing, berikut di bawah ini akan diuraikan:


Langkah pertama adalah “Logging”, dimana pada sistem non linear editing yang dicatat adalah time code in dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klep awal hingga Sutradara memutuskan Cut pada sebuah shot. Pada umumnya mesin non linear editing jenis apapun memiliki keterbatasan dari hard disc yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang bisa disimpan dalam memorynya. Dengan keterbatasan ini maka seorang Editor harus betul-betul memilih shot baik yang sudah pasti akan dipakai dalam pekerjaannya, artinya proses selection of shot dan selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini, apabila ada kesempatan bagi Editor untuk melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging.

Pada tahapan ini, hal yang tidak kalah penting adalah membuat sistem pengadministrasian yang efektif, dimana ada hal-hal yang prinsip yang harus dilakukan dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama adalah harusnya menulis terlebih dahulu nomer scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing menjadi nomer shot dan nomer take, baru disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu dan setelah itu keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu, baru ditutup dengan jenis shot (type of shot) seperti LS, MS ataupun CU, sebagai contoh : “Sc 16 / 3 / 2 Tjoet Nya’ Dhien berjalan menuju lapangan FS”. Hal ini penting karena pada sistem sortir dalam mesin editing itu akan mengacu pada abjad ataupun urutan angka, sehingga dengan melakukan hal tersebut diatas akan mempermudah Editor dalam mengedit filmnya. Demikian pula cara menempatkan data-data dari shot itu bisa dijadikan satu saja, ataupun dipisahkan kedalam laci-laci yang biasa disebut dengan “Bin”. Hal ini penting diperhatikan karena dalam plor kerja non linear editing, seorang Editor tidak dapat melihat gambar secara langsung melainkan data-data dari deskripsi yang sudah dimasukkan pada tahap logging, sehingga dengan memperhatikan hal tersebut, Editor dapat bekerja dengan efisien efektif.


Langkah kedua adalah saat dimana Editor mulai mengedit filmnya, dimana seperti biasa pada tahap awal harus dilakukan “Off Line” dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang kita edit. Pada pola kerja non linear editing, yang membedakan antara off line dan on line adalah tingkat kaulitas gambar yang dipakai, karena pada mesin-mesin tertentu seperti Avid yang memiliki kapasitas hard disc yang banyak, memungkinkan merekam seluruh materi dengan kualtias AVR yang baik, sehingga Editor mungkin pada saat yang bersamaan melakukan off line sekaligus on line.


Apabila kita berbicara mengenai pengunaan mesin yang memiliki kemampuan terbatas, baik dari segi hard disc maupun segi keterbatasan dalam melakukan efek-efek khusus, maka kita harus melakukan langkah keempat yang merupakan penghapusan kembali materi yang sudah di off line, untuk dilakukan “Redigitize”, baik dengan menggunakan mesin yang sama ataupun mesin yang lain, dengan cara menggunakan EDL dari time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam satu time line, yang bisa mengakibatkan komputer tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Pada pekerjaan yang menggunakan mesin off line EDL adalah singkatan dari “Edit Decition List”.


Pada produksi dengan low budget, sering kali langkah keempat merupakan langkah yang paling panjang masa kerjanya, karena disamping melakukan tahapan “On Line” pada tahap ini akan dilakukan pula “Track Laying Sound”, yaitu menempatkan seluruh unsur usara pada track-track di mesin, kemudian sekaligus mengatur level volume masing-masing suara itu sesuai kebutuhan, atau dengan kata lain ia melakukan pekerjaan mixing.


Demikian langkah-langkah standar prosedur kerja editing diatas merupakan pola kerja non linear editing dengan mesin Avid, akan tetapi seperti telah disebutkan diatas bahwa secara umum standar prosedur kerja dari macam-macam mesin editing itu sama, hanya saja teknik dan istilah nama kerjanya yang berbeda.


Seperti pada umumnya para seniman yang kreatif dari produk media audio visual, selalu melakukan berbagai macam cara untuk mencapai hasil yang maksimal, dimana pertama-tama membangun dahulu semua materi, kemudian memfokuskan permasalahan dan mulai memotong, mempertajam dan akhirnya memoles bentuknya hingga memunculkan seluruh gagasan pekerjaannya.

Pada pekerjaan editing, karena shot tidak dibuat dengan berurutan ketika shooting, maka selain langkah-langkah yang sudah dijelaskan diatas, segala sesuatunya harus dikembalikan kepada teori-teori yang ada dan Editor harus dapat berpikir obyektif dalam menginterpretasikan sebuah film, walaupun pandangan subyektifnya terus melekat dalam benaknya dan itulah merupakan tantangan terbesar untuk menentukan hasil akhir dari pekerjaan Editing.

0 comments:

Post a Comment